Tego Larane Ora Tego Patine
Konsep persaudaraan adalah konsep di mana setiap jiwa yang terikat di dalamnya siap untuk menerima jiwa yang lain apa adanya. Penerimaan jiwa lain apa adanya ini tidak semata-mata menerima tanpa menyadari pentingnya makna dari persaudaraan itu sendiri. Persaudaraan berkaitan dengan bagaimana saling menghargai, menghormati, dan tentu nasihat-menasihati dalam kebaikan dan kebenaran.
Jiwa-jiwa yang sudah terikat dalam ikatan Persaudaraan Setia Hati Terate pun tidak boleh lepas dari prinsip ini. Antara jiwa Terate satu dengan jiwa Terate lain mempunyai kewajiban saling menghamat-hamati, saling menghargai, dan saling nasihat menasihati dalam kebaikan dan kebenaran. Selanjutnya bagaimana wajud nyata persaudaraan itu?
Dalam istilah Jawa sebagai salah satu falsafah yang dipegang oleh semua warga SH Terate "Tego Larane Ora Tego Patine" (Tega sakitnya tidak akan tega matinya). Jadi ... ketika konsep persaudaraan itu sudah melekat dalam jiwa-jiwa Terate, adalah sudah menjadi kewajiban untuk saling mengingatkan manakala saudaranya berbuat yang tidak baik dan benar. Mengingatkan itu mulai dengan lisan. Apabila masih juga tidak mau mendengarkan, dengan terpaksa prinsip tego larane ora tego patine harus diterapkan. "Dihajar" itu adalah jalan terakhir, jika dengan dihajar itu saudara kita dapat berubah. Namun demikian, menghajar saudara yang tidak mau diluruskan dengan lisan bukanlah tujuan untuk menyakiti. Bagaimana pun konsep ikatan persaudaraan sudah mengikat dalam jiwa-jiwa yang terikat dalam PSH Terate itu.
Meskipun kadang kita harus tega "menghajar" hingga terluka, namun kematian persaudaraan kita adalah rasa "kematian" pada diri kita juga. Bagaiman jika diri kita "mati"? Maka tidak mungkin kita rela mati dengan keadaan yang tidak selayaknya. Makatego larane ora tego patine, akan tetap melekat dalam setiap jiwa Terate.
Jiwa-jiwa yang sudah terikat dalam ikatan Persaudaraan Setia Hati Terate pun tidak boleh lepas dari prinsip ini. Antara jiwa Terate satu dengan jiwa Terate lain mempunyai kewajiban saling menghamat-hamati, saling menghargai, dan saling nasihat menasihati dalam kebaikan dan kebenaran. Selanjutnya bagaimana wajud nyata persaudaraan itu?
Dalam istilah Jawa sebagai salah satu falsafah yang dipegang oleh semua warga SH Terate "Tego Larane Ora Tego Patine" (Tega sakitnya tidak akan tega matinya). Jadi ... ketika konsep persaudaraan itu sudah melekat dalam jiwa-jiwa Terate, adalah sudah menjadi kewajiban untuk saling mengingatkan manakala saudaranya berbuat yang tidak baik dan benar. Mengingatkan itu mulai dengan lisan. Apabila masih juga tidak mau mendengarkan, dengan terpaksa prinsip tego larane ora tego patine harus diterapkan. "Dihajar" itu adalah jalan terakhir, jika dengan dihajar itu saudara kita dapat berubah. Namun demikian, menghajar saudara yang tidak mau diluruskan dengan lisan bukanlah tujuan untuk menyakiti. Bagaimana pun konsep ikatan persaudaraan sudah mengikat dalam jiwa-jiwa yang terikat dalam PSH Terate itu.
Meskipun kadang kita harus tega "menghajar" hingga terluka, namun kematian persaudaraan kita adalah rasa "kematian" pada diri kita juga. Bagaiman jika diri kita "mati"? Maka tidak mungkin kita rela mati dengan keadaan yang tidak selayaknya. Makatego larane ora tego patine, akan tetap melekat dalam setiap jiwa Terate.
Silsilah Persaudaraan Setia Hati Terate
Persaudaraan Setia Hati Terate tumbuh dan berkembang mengikuti perkembangan zaman. Diawali dengan didirikannya Sedulur Tunggal Kecer, hingga turun temurun dan terpecah menjadi beberapa organisasi. Dan salah satu organisasi yang paling eksis dan tetap utuh adalah Persaudaraan Setia Hati Terate seperti yang terlihat pada gambar silsilah berikut di atas. Di samping itu, PSHT (Persaudaraan Setia Hati Terate) juga tetap menjadi aliran pencak silat terbesar di Indonesia maupun di seluruh dunia.
Ciu Tak Ocak-Acik, Mrico Polo Digawe Dakon.
Lucu ya? Ciu tak ocak-acik mrico polo digawe dakon adalah salah satu parikan (semacam pantun singkat) bahasa Jawa yang harfiahnya berarti Ciu dikocok-kocok, merica dan pala dijadikan congklak. Namun ada lanjutannya, tepatnya:
Ciu tak ocak-acik (Ciu/tuak diobok-obok)
Mrico polo digawe dakon (Merica pala dijadikan congklak)
Karepku ngono digawe becik (Mauku dibuat baik)
Dene tinompo olo monggo kemawon (Jika diterima tidak baik silahkan saja)
Saya Rasa tidaklah berlebihan jika orang SH Terate mempunyai parikan semacam itu. Jiwa SH Terate yang penuh cinta kasih dan damai ini tidak boleh terwarnai dengan hal-hal buruk yang akan menghancurkan diri sendiri, dan dalam skala besar menghancurkan nama baikSH Terate. SH Terate didirikan atas dasar semangat persaudaraan. Di samping itu, tujuan dari SH Terate juga menciptakan manusia berbudi luhur tahu benar dan salah. Jadi manaka jika berbuat baik kepada orang lain, hanya harapan baik pula atas balasan dari Tuhan. Kita tidak perlu berpamrih, apalagi jika kita melakukan hal yang baik untuk orang lain namun diterima sebagai sesuatu yang tidak baik, biarkan saja. Banyak faktor yang menyebabkan mereka berlaku seperti itu. Pertama, mungkin karena orang yang kita baiki itu tidak mengerti maksud kita. Yang kedua, dan yang justru harus kita waspadai adalah cara kita. Ilmu cara ini adalah ilmu pamungkas agar orang yang kita baiki mengerti bahwa tujuan dan niat kita baik.
Cara yang santun dan halus adalah cara terbaik kita untuk melakukan kebaikan dan melayani orang lain dengan kebaikan. Ketika kebaikan kita berikan kepada orang lain dengan cara yang baik dan santun, niscaya orang pun akan menerima kebaikan itu dengan tulus. Pun ketika kita melakukan hal yang jahat namun dengan cara yang santun dan halus, maka itu hal itu cenderung lebih diterima. Manakala sebaliknya, kita melakukan hal baik namun dengan cara-cara yang kasar dan tidak santun, akankah orang lain dapat menerima maksud baik kita.
Saudara-saudaraku semua kadang SH Terate di manapun berada, ketika kita sudah melakukan yang terbaik, hal-hal baik dan benar dengan cara yang baik dan santun, sementara orang masih tetap tidak menerima yang mungkin disebabkan oleh faktor ketiga (menurut pendapat saya) bahwa orang tersebut memang sudah tidak suka dengan cara apapun yang kita lakukan (baik kasar ataupun santun), maka ingat prinsip di atas: Maksud hati melakukan yang baik tapi jika diterima sebagai sesuatu yang tidak baik silahkan saja. Tugas kita bukanlah untuk menerima imbalan langsung orang yang kita layani kebaikan, namun dari Tuhan kita.
0 komentar:
Posting Komentar